senyuman mengiringi langkahku menuju pintu pesawat, sekali
lagi kutengok kebelakang terlihat sepasang suami istri dan anak perempuannya
memandang ke arahku dengan penuh harap. Teringat kembali setengah jam yang lalu
dirumah, sebelum keberangkatan ke bandara ayah,ibu dan adikku berkumpul di
ruangan tengah menantiku selesai mengemasi barang-barangku. Aku datang keruang
tengah dan duduk bersama ayah,ibu serta adikku. Ibuku berkata “ayo le berdo’a
dulu sebelum berangkat”, sembari melipat tangannya. Kemudian kami semua berdo’a
dengan khidmat, aku lupa apa yang diminta oleh ibuku kepada Tuhan,hanya
beberapa hal yang aku ingat. Ibu meminta akan berkat untukku,meminta kesehatan
untukku, diberikan kepintaran,kecerdasan dan kelancaran dalam studiku. Selesai
berdo’a, ayah memandang wajahku sejenak lalu berkata “kuliah yang rajin ya
le,belajar yang bener” . ibuku menimpali “iya,jangan lupa juga ibadahnya”.
Adikku duduk terdiam, tak melihat ke arahku. Entah apa yang ada
dipikirannya,dia asik mengutak-ngatik handphonenya. Tak lama handphoneku
bergetar tanda sms masuk dan ketika kubaca ternyata sebuah sms dari adik
kecilku, “mas,belajar yang bener yach! Bakalan kangen banget sama mas. Soalnya,
biasanya dirumah kan bareng mas. Tapi nanti mas ga ada lagi deh. Semangat
yah!!”. Mataku mulai berkaca-kaca membaca sms itu. Bagaimana tidak, yang
biasanya kita seringkali bertengkar karena hal sepele atau saling
mengejek,namun ternyata ada sisi lain dari adikku yang tidak aku ketahui.
Penerbangan selama 1 jam 25 menit tak membuatku mengantuk, banyak
hal yang dipikirkan dikepalaku. Tak terasa aku menginjak semester 4 bangku
kuliahku, dan akan memulai semester baru ini. Liburan dikota kelahiranku kali
ini memang sebentar tapi cukup mengesankan,mengingat banyak sekali kegiatan dan
kenyataan yang aku ketahui tentang keluargaku, setelah aku tinggalkan setahun
kuliah di kota bogor. Fakultas kehutanan IPB adalah tempat aku kuliah, tempat
aku melangkahkan kaki menuju masa depanku, segudang impian aku taruh didalam
kepala. Berharap bisa mewujudkannya menjadi kenyataan. Kini aku didalam
perjalanan menuju kota bogor,menuju tempat aku menimba ilmu. Sampai di soekarno
hatta, segera aku ambil bagasi dan menuju tempat pemberhentian bus Damri sembari
menolak tawaran taksi yang seringkali kita temui apabila berada di
bandara,stasiun atau terminal. Cukup lama aku menunggu bus damri tujuan bogor,
bosan menunggu aku mulai menghisap sebatang rokok untuk menghindari ngantuk dan
memberikan pekerjaan pada tangan serta mulutku yang hanya diam dari tadi. Dua
batang rokok telah habis,datanglah bus
damri tujuan bogor, tanpa pikir panjang aku langsung naik dan menuju
bangku pojok belakang bus. Disebelahku kosong, tak ada orang, sehingga aku
lebih leluasa untuk bergerak dan melakukan yang kuinginkan, akhirnya aku
bersila diatas kursi bus sembari memandang kearah jendela, pemandangan kota
Jakarta malam hari sedikit menghibur diriku, cahaya lampu yang gemerlap begitu
indah. Namun takjubku hilang ketika mengingat pemandangan Jakarta di siang
hari, begitu kacau dan semrawut. Mau bagaimanapun juga,Jakarta tetap ibukota
negara Indonesia tercinta. Banyak orang yang beruntung memiliki materi dan
kemampuan namun tidak berpikir untuk membangun negeri ini, negeri kecil disudut
asia yang sebenarnya memiliki sumber daya melimpah. Kebanyakan menganggap,
negeri sudah susah sekali untuk ditolong karena pemerintahnya yang korup, moral
manusianya pun jelek. Tak ada rasa nasionalisnya kepada negeri ini. apa bedanya
kita dengan jepang dan china? Mengapa mereka bisa berkembang pesat dan termasuk
negara yang diperhitungkan didunia? Mereka memiliki moral serta rasa nasionalis
yang terakar didalam setiap individu manusianya kawan. Lalu mengapa kita tak
bisa menjadi negeri seperti mereka?? Kita juga manusia, kita pun berada dibumi
yang sama, kita juga makan nasi layaknya mereka. Lalu apa yang saah dengan
negeri ini??? Silahkan pikir sendiri.
Segunung pesan,segudang cerita serta beribu harapan dan
impian, aku emban dipunggung kecilku ini. Dengan tubuh yang tinggi tidak
mencapai 170cm dan berat 50kg,kurus sekali. Namun, satu hal kuyakini batasan
fisik bukanlah alasan untuk tidak bisa menggapai impian, yang penting adalah
kemauan,kerja keras serta do’a, dengan itulah semua hal dapat dicapai. Aku
yakin semua orang memiliki mimpi namun,berapa jumlah orang yang tetap bertahan
untuk mencapai mimpinya??. Kebanyakan orang akan melepas impiannya ketika hal
itu berbenturan dengan realita yang ada.
Suatu cerita terkuak ketika aku berada dirumah dan itu
membuat apresiasiku kepada kedua orang tuaku semakin besar dan keinginan untuk
membanggakan mereka semakin menggebu-gebu. Untuk anaknya jalan apapun akan
ditempuh, untuk anaknya mereka rela memeras keringat dan air mata mereka.
Segudang harapan mereka tumpukan kepada sebuah jiwa kecil yang bahkan belum
bisa berpikir secara benar. Kenapa demikian? Keluargaku adalah keluarga dengan
latar belakang biasa-biasa saja, namun ketika aku masuk kuliah, hampir segala
kebutuhanku dipenuhi oleh kedua orang tuaku. Mulai dari uang
saku,kendaraan,tempat kos,hingga fasilitas-fasilitas lainnya yang bisa dibilang
membutuhkan dana segar yang cukup besar. Pahitnya, aku saat itu adalah anak
bodoh yang tidak tahu-menahu tentang keadaan keluargaku. Aku tenang-tenang saja
menerima semua fasilitas-fasilitas itu, betapa berdosanya aku!! Egois dan tidak
tahu diri itulah kata-kata yang tepat. Untuk membiayaiku, orang tuaku harus
berhutang sejumlah uang yang cukup besar kepada bank,biaya makan dirumah
dipepet,sehingga gaji orang tuaku harus dipotong setiap bulannya untuk menutupi
hutang tersebut. Gaji ayah untuk menutupi biaya pendidikan aku serta adikku,
dan gaji ibuku digunakan agar dapur tetap mengepul. Dan sedikit sisanya
ditabung untuk menanggulangi ketika tiba-tiba aku atau adikku membutuhkan dana
tambahan ataupun sakit.
Betapa pedihnya hatiku mengetahui kenyataan tersebut,perih
sangat kawan, benar-benar perih. Namun apa dayaku, aku bukanlah Tuhan yang
dapat dengan tiba-tiba mengganti penderitaan mereka dengan kebahagiaan. Aku
hanyalah seorang manusia dengan kapasitas yang terbatas,dengan pemikiran yang
terbatas pula. Aku mulai meyakinkan diriku sendiri, bahwa aku harus,harus dan
harus membuat segudang mimpiku menjadi kenyataan,membuat kedua orang tuaku
bangga dengan apa yang kulakukan.
Mungkin banyak orang ataupun teman-temanku yang tidak
menyadari sisi lain dari diriku ini. toh pencitraan diriku dikampus adalah anak
yang terlihat tidak memikirkan hal-hal seperti itu, terlihat sebagai anak yang
kurang serius,lebih suka bercanda,kurang rajin,jarang kuliah,agak urakan dan
masih banyaklah kekurangan lainnya. Aku tak suka terlalu menonjolkan diriku,
aku lebih suka diterima pada lingkunganku dengan diriku yang apa adanya. Buat
apa mencitrakan diri kita perfect namun ternyata hanya tong kosong nyaring
bunyinya. Lingkungan akan menghargaimu dengan sendirinya ketika kau memberikan
kinerja yang baik. Tak usahlah terlalu ambisius untuk menggapai impianmu,,
biarkan diri kita berkreasi dan berimajinasi. Nikmatilah hidupmu kawan, hidup
kita hanya sekali dan apabila dibandingkan dengan umur dunia ini, lamanya hidup
kita tuh ga sebanding, pendek banget malahan. Let it flow dan liat nanti
hasilnya seperti apa, hanya Tuhan dan waktu yang mampu menjawab.
Akhirnya aku tiba di terminal damri kota bogor, turun dari
bus, menyalakan sebatang rokok dan menginjakkan kakiku di atas tanah kota bogor
sembari berkata dalam hati “aku datang bogor,untuk mewujudkan segudang
impianku”. Dan ternyata ada seseorang yang telah menunggu kedatanganku di kota
hujan ini, seorang sahabat yang aku kenal semenjak aku semester 1, seorang
sahabat yang memiliki visi yang sama denganku. Dia sudah kuanggap seperti
saudaraku sendiri, Diki namanya. Seorang pria dengan tinggi hamper sama
denganku dan perawakan yang kurus sekali, sifatnya yang easy going membuat dia
mudah bergaul dengan siapa saja. Banyak hal aku pelajari bersama sahabatku ini,
mulai dari hal-hal baik sampai dengan sesuatu yang *ehhhm(sebaiknya tak usah
dijelaskan.. hahahha). Dia berjalan kearahku sambil tertawa “apa kabar?? Gimana
sampit??” sembari memelukku. “sampit ya gitu-gitu aja, nothing change” jawabku.
Setelah mengobrol sebentar, kami memutuskan untuk mencari makan berhubung
lapar,waktu juga sudah menunjukkan pukul 19.00. kami mencari tempat makanan
yang murah (mahasiswa nih, ga punya duit banyak.. haha) sembari makan kami
bercerita banyak hal. Kejadian yang kami alami selama liburan hingga masalah
kuliah kami. Selesai makan kami berdua menuju kearah parkiran tempat motorku
berada, motor satria-f yang sudah menemaniku 1 tahun ini yang mulai terlihat
jelek dan kotor karena lumpur yang menempel di bagian mesin serta kaki-kakinya,
dan karat yang mulai menjalar di knalpotnya. Namun bagiku, motor ini terlihat
gagah, bersama motor inilah aku mengarungi kuliah-kuliahku. Setiap inci dia
bergerak untuk mengantarkanku, dia tetap mengantarku dikala aku sedih,senang
tak peduli walaupun dia kehujanan ataupun kepanasan. Mungkin aku sedikit gila,
menganggap benda mati yang tak punya perasaan ini sebagai makhluk hidup yang
juga memiliki rasa, tapi inilah aku, inilah caraku menghargai apa yang aku
punya. Mengingat motor ini adalah motor yang aku beli dengan jerih payahku dan
orang tuaku. Motor ini berlari mengantarkanku menuju tempat aku tinggal saat
ini, namun sebelumnya aku mengantarkan sahabatku menuju tempat
tinggalnya,sebuah kosan bagi anak-anak perantauan seperti kami. Setelah
mengantarkan diki dan mengucapkan terima kasih.
Aku bergegas menuju kosanku sendiri dan tak sampai lima menit aku tiba
dikosanku, bergegas menuju kamar dan ternyata kamarku cukup berantakan setelah
aku tinggalkan beberapa waktu. Waktu menunjukkan pukul 21.04, badanku terasa
letih namun hal tersebut tak menutup niatku untuk berlutut disamping tmpat
tidurku dan melipat kedua tanganku, menutup kedua bola mataku dan mulai
mengucap “Tuhan, Allahku yang aku kenal dalam nama Yesus Kristus. Allah yang
maha besar dengan semua ciptaanmu didunia ini. aku, anak-Mu kembali menghadap
ke hadiratmu yang kudus ya Tuhan. Untuk mengucapkan terima kasih atas
perlindungan dan berkatMu yang tak pernah berkesudahan. Kini anakMu ini telah
tiba dikota ini ya Tuhan,tempat aku belajar dan menimba studiku untuk mencapai
semua impianku. Kiranya Tuhan berkati anakMu ini dalam setiap langkah studi dan
pembelajaranku. Jauhkanlah aku dari segala macam mara bahaya yang mengintaiku
selama disini. Berikanlah perlindungan,berkat,kesehatan, dan kecerdasan untuk
anakMu ini ya Tuhan. Untuk keluargaku ya Tuhan kiranya kau berikan
kesehatan,perlindungan,kelancaran dalam setiap kegiatan dan aktivitasnya serta
rezeki yang cukup. Untuk semua sahabat-shabatku ya Tuhan kiranya Kau lancarkan
kami dalam menempuh studi kami masing-masing, kami menanggung beban kami
masing-masing. Biarkanlah Kau meringankan beban yang kami rasakan, biarkanlah
kau tuntun setiap langkah kami, agar kami tak tersesat dalam jalan yang salah.
Aku tahu Tuhan permintaanku ini Egois, namun inilah do’a anakmu ini yang
mengenalmu sedari kecil hingga saat ini, yang anakMu tahu, Kau Tuhan yang maha
pengampun, pengasih dan penyayang. Aku tahu do’a anakMu ini jauh daripada
sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milikmu Tuhan, sempurnakanlah do’a ini
ya Tuhan. Aku serahkan hidupku didalam tanganMu ya Tuhan. Atas nama Tuhanku
Yesus Kristus, anakMu telah berdoa dan mengucap syukur. Amin..”
Aku hempaskan tubuhku ke atas kasur dan mulai menutup kedua
bola mata ini,kelelahan yang sangat telah melanda tubuh kecilku dan akhirnya
aku tertidur membawa segudang impian dan beban yang berada dipunggung lemahku
ini, berharap waktu demi waktu yang aku lalui nantinya akan memberiku jawaban
atas segala hal yang aku tanggung saat ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar