Jumat, 21 Desember 2012

Sebuah Kisah-Ku




senyuman mengiringi langkahku menuju pintu pesawat, sekali lagi kutengok kebelakang terlihat sepasang suami istri dan anak perempuannya memandang ke arahku dengan penuh harap. Teringat kembali setengah jam yang lalu dirumah, sebelum keberangkatan ke bandara ayah,ibu dan adikku berkumpul di ruangan tengah menantiku selesai mengemasi barang-barangku. Aku datang keruang tengah dan duduk bersama ayah,ibu serta adikku. Ibuku berkata “ayo le berdo’a dulu sebelum berangkat”, sembari melipat tangannya. Kemudian kami semua berdo’a dengan khidmat, aku lupa apa yang diminta oleh ibuku kepada Tuhan,hanya beberapa hal yang aku ingat. Ibu meminta akan berkat untukku,meminta kesehatan untukku, diberikan kepintaran,kecerdasan dan kelancaran dalam studiku. Selesai berdo’a, ayah memandang wajahku sejenak lalu berkata “kuliah yang rajin ya le,belajar yang bener” . ibuku menimpali “iya,jangan lupa juga ibadahnya”. Adikku duduk terdiam, tak melihat ke arahku. Entah apa yang ada dipikirannya,dia asik mengutak-ngatik handphonenya. Tak lama handphoneku bergetar tanda sms masuk dan ketika kubaca ternyata sebuah sms dari adik kecilku, “mas,belajar yang bener yach! Bakalan kangen banget sama mas. Soalnya, biasanya dirumah kan bareng mas. Tapi nanti mas ga ada lagi deh. Semangat yah!!”. Mataku mulai berkaca-kaca membaca sms itu. Bagaimana tidak, yang biasanya kita seringkali bertengkar karena hal sepele atau saling mengejek,namun ternyata ada sisi lain dari adikku yang tidak aku ketahui.

Penerbangan selama 1 jam 25 menit tak membuatku mengantuk, banyak hal yang dipikirkan dikepalaku. Tak terasa aku menginjak semester 4 bangku kuliahku, dan akan memulai semester baru ini. Liburan dikota kelahiranku kali ini memang sebentar tapi cukup mengesankan,mengingat banyak sekali kegiatan dan kenyataan yang aku ketahui tentang keluargaku, setelah aku tinggalkan setahun kuliah di kota bogor. Fakultas kehutanan IPB adalah tempat aku kuliah, tempat aku melangkahkan kaki menuju masa depanku, segudang impian aku taruh didalam kepala. Berharap bisa mewujudkannya menjadi kenyataan. Kini aku didalam perjalanan menuju kota bogor,menuju tempat aku menimba ilmu. Sampai di soekarno hatta, segera aku ambil bagasi dan menuju tempat pemberhentian bus Damri sembari menolak tawaran taksi yang seringkali kita temui apabila berada di bandara,stasiun atau terminal. Cukup lama aku menunggu bus damri tujuan bogor, bosan menunggu aku mulai menghisap sebatang rokok untuk menghindari ngantuk dan memberikan pekerjaan pada tangan serta mulutku yang hanya diam dari tadi. Dua batang rokok telah habis,datanglah bus  damri tujuan bogor, tanpa pikir panjang aku langsung naik dan menuju bangku pojok belakang bus. Disebelahku kosong, tak ada orang, sehingga aku lebih leluasa untuk bergerak dan melakukan yang kuinginkan, akhirnya aku bersila diatas kursi bus sembari memandang kearah jendela, pemandangan kota Jakarta malam hari sedikit menghibur diriku, cahaya lampu yang gemerlap begitu indah. Namun takjubku hilang ketika mengingat pemandangan Jakarta di siang hari, begitu kacau dan semrawut. Mau bagaimanapun juga,Jakarta tetap ibukota negara Indonesia tercinta. Banyak orang yang beruntung memiliki materi dan kemampuan namun tidak berpikir untuk membangun negeri ini, negeri kecil disudut asia yang sebenarnya memiliki sumber daya melimpah. Kebanyakan menganggap, negeri sudah susah sekali untuk ditolong karena pemerintahnya yang korup, moral manusianya pun jelek. Tak ada rasa nasionalisnya kepada negeri ini. apa bedanya kita dengan jepang dan china? Mengapa mereka bisa berkembang pesat dan termasuk negara yang diperhitungkan didunia? Mereka memiliki moral serta rasa nasionalis yang terakar didalam setiap individu manusianya kawan. Lalu mengapa kita tak bisa menjadi negeri seperti mereka?? Kita juga manusia, kita pun berada dibumi yang sama, kita juga makan nasi layaknya mereka. Lalu apa yang saah dengan negeri ini??? Silahkan pikir sendiri.



Segunung pesan,segudang cerita serta beribu harapan dan impian, aku emban dipunggung kecilku ini. Dengan tubuh yang tinggi tidak mencapai 170cm dan berat 50kg,kurus sekali. Namun, satu hal kuyakini batasan fisik bukanlah alasan untuk tidak bisa menggapai impian, yang penting adalah kemauan,kerja keras serta do’a, dengan itulah semua hal dapat dicapai. Aku yakin semua orang memiliki mimpi namun,berapa jumlah orang yang tetap bertahan untuk mencapai mimpinya??. Kebanyakan orang akan melepas impiannya ketika hal itu berbenturan dengan realita yang ada.

Suatu cerita terkuak ketika aku berada dirumah dan itu membuat apresiasiku kepada kedua orang tuaku semakin besar dan keinginan untuk membanggakan mereka semakin menggebu-gebu. Untuk anaknya jalan apapun akan ditempuh, untuk anaknya mereka rela memeras keringat dan air mata mereka. Segudang harapan mereka tumpukan kepada sebuah jiwa kecil yang bahkan belum bisa berpikir secara benar. Kenapa demikian? Keluargaku adalah keluarga dengan latar belakang biasa-biasa saja, namun ketika aku masuk kuliah, hampir segala kebutuhanku dipenuhi oleh kedua orang tuaku. Mulai dari uang saku,kendaraan,tempat kos,hingga fasilitas-fasilitas lainnya yang bisa dibilang membutuhkan dana segar yang cukup besar. Pahitnya, aku saat itu adalah anak bodoh yang tidak tahu-menahu tentang keadaan keluargaku. Aku tenang-tenang saja menerima semua fasilitas-fasilitas itu, betapa berdosanya aku!! Egois dan tidak tahu diri itulah kata-kata yang tepat. Untuk membiayaiku, orang tuaku harus berhutang sejumlah uang yang cukup besar kepada bank,biaya makan dirumah dipepet,sehingga gaji orang tuaku harus dipotong setiap bulannya untuk menutupi hutang tersebut. Gaji ayah untuk menutupi biaya pendidikan aku serta adikku, dan gaji ibuku digunakan agar dapur tetap mengepul. Dan sedikit sisanya ditabung untuk menanggulangi ketika tiba-tiba aku atau adikku membutuhkan dana tambahan ataupun sakit.

Betapa pedihnya hatiku mengetahui kenyataan tersebut,perih sangat kawan, benar-benar perih. Namun apa dayaku, aku bukanlah Tuhan yang dapat dengan tiba-tiba mengganti penderitaan mereka dengan kebahagiaan. Aku hanyalah seorang manusia dengan kapasitas yang terbatas,dengan pemikiran yang terbatas pula. Aku mulai meyakinkan diriku sendiri, bahwa aku harus,harus dan harus membuat segudang mimpiku menjadi kenyataan,membuat kedua orang tuaku bangga dengan apa yang kulakukan.


Mungkin banyak orang ataupun teman-temanku yang tidak menyadari sisi lain dari diriku ini. toh pencitraan diriku dikampus adalah anak yang terlihat tidak memikirkan hal-hal seperti itu, terlihat sebagai anak yang kurang serius,lebih suka bercanda,kurang rajin,jarang kuliah,agak urakan dan masih banyaklah kekurangan lainnya. Aku tak suka terlalu menonjolkan diriku, aku lebih suka diterima pada lingkunganku dengan diriku yang apa adanya. Buat apa mencitrakan diri kita perfect namun ternyata hanya tong kosong nyaring bunyinya. Lingkungan akan menghargaimu dengan sendirinya ketika kau memberikan kinerja yang baik. Tak usahlah terlalu ambisius untuk menggapai impianmu,, biarkan diri kita berkreasi dan berimajinasi. Nikmatilah hidupmu kawan, hidup kita hanya sekali dan apabila dibandingkan dengan umur dunia ini, lamanya hidup kita tuh ga sebanding, pendek banget malahan. Let it flow dan liat nanti hasilnya seperti apa, hanya Tuhan dan waktu yang mampu menjawab.




Akhirnya aku tiba di terminal damri kota bogor, turun dari bus, menyalakan sebatang rokok dan menginjakkan kakiku di atas tanah kota bogor sembari berkata dalam hati “aku datang bogor,untuk mewujudkan segudang impianku”. Dan ternyata ada seseorang yang telah menunggu kedatanganku di kota hujan ini, seorang sahabat yang aku kenal semenjak aku semester 1, seorang sahabat yang memiliki visi yang sama denganku. Dia sudah kuanggap seperti saudaraku sendiri, Diki namanya. Seorang pria dengan tinggi hamper sama denganku dan perawakan yang kurus sekali, sifatnya yang easy going membuat dia mudah bergaul dengan siapa saja. Banyak hal aku pelajari bersama sahabatku ini, mulai dari hal-hal baik sampai dengan sesuatu yang *ehhhm(sebaiknya tak usah dijelaskan.. hahahha). Dia berjalan kearahku sambil tertawa “apa kabar?? Gimana sampit??” sembari memelukku. “sampit ya gitu-gitu aja, nothing change” jawabku. Setelah mengobrol sebentar, kami memutuskan untuk mencari makan berhubung lapar,waktu juga sudah menunjukkan pukul 19.00. kami mencari tempat makanan yang murah (mahasiswa nih, ga punya duit banyak.. haha) sembari makan kami bercerita banyak hal. Kejadian yang kami alami selama liburan hingga masalah kuliah kami. Selesai makan kami berdua menuju kearah parkiran tempat motorku berada, motor satria-f yang sudah menemaniku 1 tahun ini yang mulai terlihat jelek dan kotor karena lumpur yang menempel di bagian mesin serta kaki-kakinya, dan karat yang mulai menjalar di knalpotnya. Namun bagiku, motor ini terlihat gagah, bersama motor inilah aku mengarungi kuliah-kuliahku. Setiap inci dia bergerak untuk mengantarkanku, dia tetap mengantarku dikala aku sedih,senang tak peduli walaupun dia kehujanan ataupun kepanasan. Mungkin aku sedikit gila, menganggap benda mati yang tak punya perasaan ini sebagai makhluk hidup yang juga memiliki rasa, tapi inilah aku, inilah caraku menghargai apa yang aku punya. Mengingat motor ini adalah motor yang aku beli dengan jerih payahku dan orang tuaku. Motor ini berlari mengantarkanku menuju tempat aku tinggal saat ini, namun sebelumnya aku mengantarkan sahabatku menuju tempat tinggalnya,sebuah kosan bagi anak-anak perantauan seperti kami. Setelah mengantarkan diki dan mengucapkan terima kasih.  Aku bergegas menuju kosanku sendiri dan tak sampai lima menit aku tiba dikosanku, bergegas menuju kamar dan ternyata kamarku cukup berantakan setelah aku tinggalkan beberapa waktu. Waktu menunjukkan pukul 21.04, badanku terasa letih namun hal tersebut tak menutup niatku untuk berlutut disamping tmpat tidurku dan melipat kedua tanganku, menutup kedua bola mataku dan mulai mengucap “Tuhan, Allahku yang aku kenal dalam nama Yesus Kristus. Allah yang maha besar dengan semua ciptaanmu didunia ini. aku, anak-Mu kembali menghadap ke hadiratmu yang kudus ya Tuhan. Untuk mengucapkan terima kasih atas perlindungan dan berkatMu yang tak pernah berkesudahan. Kini anakMu ini telah tiba dikota ini ya Tuhan,tempat aku belajar dan menimba studiku untuk mencapai semua impianku. Kiranya Tuhan berkati anakMu ini dalam setiap langkah studi dan pembelajaranku. Jauhkanlah aku dari segala macam mara bahaya yang mengintaiku selama disini. Berikanlah perlindungan,berkat,kesehatan, dan kecerdasan untuk anakMu ini ya Tuhan. Untuk keluargaku ya Tuhan kiranya kau berikan kesehatan,perlindungan,kelancaran dalam setiap kegiatan dan aktivitasnya serta rezeki yang cukup. Untuk semua sahabat-shabatku ya Tuhan kiranya Kau lancarkan kami dalam menempuh studi kami masing-masing, kami menanggung beban kami masing-masing. Biarkanlah Kau meringankan beban yang kami rasakan, biarkanlah kau tuntun setiap langkah kami, agar kami tak tersesat dalam jalan yang salah. Aku tahu Tuhan permintaanku ini Egois, namun inilah do’a anakmu ini yang mengenalmu sedari kecil hingga saat ini, yang anakMu tahu, Kau Tuhan yang maha pengampun, pengasih dan penyayang. Aku tahu do’a anakMu ini jauh daripada sempurna, karena kesempurnaan hanyalah milikmu Tuhan, sempurnakanlah do’a ini ya Tuhan. Aku serahkan hidupku didalam tanganMu ya Tuhan. Atas nama Tuhanku Yesus Kristus, anakMu telah berdoa dan mengucap syukur. Amin..”


Aku hempaskan tubuhku ke atas kasur dan mulai menutup kedua bola mata ini,kelelahan yang sangat telah melanda tubuh kecilku dan akhirnya aku tertidur membawa segudang impian dan beban yang berada dipunggung lemahku ini, berharap waktu demi waktu yang aku lalui nantinya akan memberiku jawaban atas segala hal yang aku tanggung saat ini.